apa itu islam

RAMADHAN DAN TAUBAT

RAMADHAN DAN TAUBAT

 

Manusia adalah makhluk Allah ta’ala yang tidak pernah berhenti dari perbuatan dosa dan maksiat, baik yang besar maupun yang kecil, mereka melakukannya dengan tanpa peduli dengan apa yang akan Allah timpakan kepada mereka dari akibat buruk perbuatan mereka tersebut.

Walaupun demikian Allah ta’ala masih menunggu para hamba-Nya kapan mereka mau kembali kepada-Nya, sebagaimana disebutkan di dalam hadits Nabi ‘alaihishalatu wasallam:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ ، حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya dimalam hari agar bertaubat kepada-Nya pelaku dosa disiang hari dan membentangkan tangan-Nya disiang hari agar bertaubat kepada-Nya pelaku dosa dimalam hari sampai matahari terbit dari arah tenggelamnya.” (HR. Muslim)

Di bulan yang mulia ini (Ramadhan) adalah kesempatan yang diberikan oleh Allah ta’ala kepada para hamba-Nya untuk segera kembali kepada-Nya dari segala kekeliruan dan dosa, dimana hampir seluruh kaum muslimin menampakkan ketaatan kepada Allah ta’ala dan menjauhi kemaksiatan, sehingga lebih mudah untuk dapat memulai pertaubatan dari segala dosa dan maksiat, berbeda dengan bulan-bulan selainnya karena keadaannya berbeda dengan saat datangnya bulan Ramadhan.

Keinginan untuk bertaubat kepada Allah dari dosa dan maksiat janganlah ditunda, karena taubat merupakan kewajiban yang harus dilakukan dengan segera, karena Allah ta’ala berfirman dalam Kitab-Nya yang maknanya: ”Wahai orang-orang yang beriman segeralah kalian bertaubat kepada Allah dengan taubat yang murni.” (QS. At Tahrim: 8) artinya bila taubat ini ditunda maka merupakan kelalaian.

Demikian juga jangan ada perasaan putus asa bahwa apakah Allah mau memaafkan dosa-dosanya yang besar dan begitu banyak ?  sebab Allah ta’ala telah menyeru seluruh hamba-Nya agar jangan pernah berputus asa dari mendapatkan Rahmat Allah, sebagaimana hal itu diisyaratkan oleh-Nya di dalam firman-Nya:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53)

Katakanlah (wahai Muhammad bahwa Allah berfirman) wahai hamba-hamba-Ku sekalian yang melampaui batas dengan kemaksiatan dan dosa, janganlah kalian berputus asa dari Rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala macam dosa, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)

Bagi kita yang ingin bertaubat dari dosa atau perbuatan maksiat hendaklah memperhatikan hal-hal berikut:

  1. Menyesali perbuatan dosa dan maksiat yang pernah dilakukan.
  2. Meninggalkan dengan segera dosa dan maksiat yang dilakukan.
  3. Bertekad untuk tidak mengulanginya kembali dimasa yang akan datang.
  4. Dan bila berkaitan dengan hak manusia maka apakah benda atau harga diri maka meminta kepadanya keridhaan, atau mengembalikannya.

Keempat point diatas disebut juga dengan syarat-syarat taubat dimana tidaklah benar taubat seseorang kecuali dengan menghadirkannya saat bertaubat.

Di dalam surat Az Zumar: 54-55, Allah ta’ala mengisyaratkan ketentuan bagi yang bertaubat untuk menghadirkan  :

  1. Segera kembali kepada kepada Allah dengan ketaatan kepada-Nya
  2. Berserah diri kepada-Nya dengan melaksanakan syariat islam
  3. Mengikuti petunjuk Al Qur’an

Bila hal itu dilakukan maka dosa dan maksiat sebanyak dan sebesar apapun maka insyaAllah Allah akan memaafkan dan mengampuninya, bahkan nilai-nilai dosa dan maksiatnya bukan hanya dihapuskan oleh Allah tetapi bahkan akan digantikan dengan pahala dan kebaikan, sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah ta’ala di dalam firman-Nya:

 

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِك يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا (70)

Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal dengan amal shalih maka mereka adalah orang-orang yang keburukannya Allah gantikan dengan kebaikan, dan Allah adalah Dzat Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Furqan: 70)

Maka mari kita sambut kesempatan emas ini sebelum kita terhalangi untuk mendapatkannya, sebab barangsiapa berat menyambutnya atau ragu untuk melakukannya dikhawatirkan dia termasuk orang yang disebutkan oleh Nabi ‘alaihishalatu wasallam sebagai orang yang Syaqie (calon ahli neraka) semoga Allah melindungi kita semua dari hal tersebut, amiin.

 

Judul : Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Penulis : Tata Abdul Ghoni, Lc.

Editor : Aziz Rahman, Lc.

Muroja’ah : M. Toharo, Lc.

Penanggung Jawab : Gayyats Abdul Baqi

Setting & Layout : Radio Kita Cirebon Publisher

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.